Sistem
Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem yang dapat membantu seseorang dalam
mengambil keputusan yang akurat dan tepat sasaran. Banyak permasalahan yang
dapat diselesaikan dengan menggunakan SPK, salah satunya adalah penentuan
pemilihan Sepeda Motor. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam
membangun suatu SPK diantaranya analytical hierarchy process (AHP). AHP
merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam memecahkan permasalahan
yang bersifat multikriteria, seperti dalam SPK penentuan Pemilihan Sepeda
Motor. Penelitian ini menggunakan metode AHP dalam menentukan pemilihan Sepeda
Motor. Dalam penentuan sepeda Motor, ada beberapa kriteria yang menjadi dasar
pengambilan keputusan antara lain status kredit, produktivitas usaha, kondisi
usaha, dan jaminan. Produktivitas berarti apakah usaha yang dijalankan tersebut
produktif atau tidak, dilihat dari lokasi usaha, jenis usaha, dan pendapatan
perbulan agar kedepan nya kredit motor tidak menggangu kedepan nya. Kondisi
usaha berarti apakah usaha yang dijalankan tersebut berjalan dalam kondisi yang
baik atau tidak. Sedangkan kolektibilitas berarti kelancaran calon pembeli
dalam membayar angsuran tiap bulannya. Adapun hasil akhir dalam
penelitian ini adalah hasil prioritas kriteria motor, yang diurutkan dari yang
tertinggi hingga terendah, sehingga pihak pembeli dapat dengan mudah mengambil
keputusan dengan melihat hasil tersebut.
Kata kunci :
AHP,
SPK,Pemilihan.
Latar
Belakang
Dewasa ini
perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian pesat. Perkembangan yang
pesat tidak hanya teknologi perangkat keras dan perangkat lunak saja, tetapi
metode komputasi juga ikut berkembang. Salah satu metode komputasi yang cukup
berkembang saat ini adalah metode sistem pengambilan keputusan (Decisions
Support System). Dalam teknologi informasi, sistem pengambilan keputusan
merupakan cabang ilmu yang letaknya diantara system informasi dan sistem
cerdas.
Sistem
pengambilan keputusan juga membutuhkan teknologi informasi, hal ini dikarenakan
adanya era globalisasi, yang menuntut sebuah perusahaan untuk bergerak cepat
dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Dengan mengacu kepada solusi yang
diberikan oleh metode AHP (Analytical Hierarcy Process) dalam membantu
membuat keputusan, seorang decision maker dapat mengambil keputusan
tentang pemilihan supplier secara objektif berdasarkan multi kriteria
yang ditetapkan.
Metode AHP
adalah metode pengambilan keputusan yang multi kriteria, sedangkan pengambilan
keputusan dibidang pembelian juga mengandalkan kriteria-kriteria yaitu kualitas
barang, kecepatan pengiriman barang, harga barang dan status supplier. Dengan
melihat adanya kriteria-kriteria yang dipergunakan untuk mengambil keputusan,
maka akan sangat cocok untuk menggunakan metode AHP dengan multi kriteria.
Permasalahan
Adapun
permasalahan yang timbul ini disebabkan seseorang menemui berbagai kesulitan
dalam mengambil keputusan dalam pemilihan kriteria diantaranya adalah kesulitan
dalam criteria dalam pemilihan sepeda motor yang nantinya akan dia beli yaitu :
sepeda motornya memiliki desain yang bagus, berkualitas serta irit dalam bahan
bakar.
Tujuan
Tujuan dari
penulisan ini adalah memberi pengetahuan tentang arti dari metode AHP dan untuk
membuat keputusan yang dapat membantu pihak-pihak tertentu dalam mengambil
keputusan yang terbaik untuk mencapai hasil yang maksimal.
Pengertian Metode AHP
Metode AHP
dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah
sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang
kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan
dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian
atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, member nilai numerik pada
pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis
berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki
prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi
tersebut. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur
suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik
berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga
menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai
persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil
yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang
dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. (Saaty, 1993).
Proses
hierarki adalah suatu model yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau
kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan
cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang
diinginkan darinya. Ada dua alasan utama untuk menyatakan suatu tindakan akan
lebih baik dibanding tindakan lain. Alasan yang pertama adalah
pengaruh-pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang tidak dapat dibandingkan
karena sutu ukuran atau bidang yang berbeda dan kedua, menyatakan bahwa
pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang saling bentrok, artinya perbaikan
pengaruh tindakan tersebut yang satu dapat dicapai dengan pemburukan lainnya.
Kedua alasan tersebut akan menyulitkan dalam membuat ekuivalensi antar pengaruh
sehingga diperlukan suatu skala luwes yang disebut prioritas.
Prinsip Dasar dan Aksioma AHP
AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu:
Dengan
prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-bagian secara
hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus. Dalam bentuk yang
paling sederhana struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level
alternatif. Tiap himpunan alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi
tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain. Level
paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level
berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen, di mana elemen-elemen tersebut
bisa dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki
perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan
level yang baru.
2.
Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments).
Dengan
prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang ada
dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen. Penilaian
menghasilkan skala penilaian yang berupa angka. Perbandingan berpasangan dalam
bentuk matriks jika dikombinasikan akan menghasilkan prioritas.
Sintesa
prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari
kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam
level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan
prioritas global yang kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari
elemen di level terendah sesuai dengan kriterianya.
AHP didasarkan atas 3 aksioma utama yaitu :
Aksioma ini
menyatakan jika PC (EA,EB) adalah sebuah perbandingan berpasangan antara elemen
A dan elemen B, dengan memperhitungkan C sebagai elemen parent, menunjukkan
berapa kali lebih banyak properti yang dimiliki elemen A terhadap B, maka PC (EB,EA)=
1/ PC (EA,EB). Misalnya jika A 5 kali lebih besar daripada B, maka B=1/5 A.
Aksioma ini
menyatakan bahwa elemen yang dibandingkan tidak berbeda terlalu jauh. Jika
perbedaan terlalu besar, hasil yang didapatkan mengandung nilai kesalahan yang
tinggi. Ketika hirarki dibangun, kita harus berusaha mengatur elemen-elemen
agar elemen tersebut tidak menghasilkan hasil dengan akurasi rendah dan
inkonsistensi tinggi.
3. Aksioma
Ketergantungan
Aksioma ini
menyatakan bahwa prioritas elemen dalam hirarki tidak bergantung pada elemen
level di bawahnya. Aksioma ini membuat kita bisa menerapkan prinsip komposisi
hirarki.
Kelebihan dan Kekurangan dalam
Metode AHP
Kelebihan
- Struktur yang berhierarki
sebagai konskwensi dari kriteria yang dipilih sampai pada sub-sub kriteria
yang paling dalam.
- Memperhitungkan validitas
sampai batas toleransi inkonsentrasi sebagai kriteria dan alternatif yang
dipilih oleh para pengambil keputusan.
- Memperhitungkan daya tahan atau
ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
Metode “pairwise
comparison” AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang diteliti
multi obyek dan multi kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari
tiap elemen dalam hierarki. Jadi model ini merupakan model yang komperehensif.
Pembuat keputusan menetukan pilihan atas pasangan perbandingan yang sederhana,
membengun semua prioritas untuk urutan alternatif. “ Pairwaise comparison”
AHP mwenggunakan data yang ada bersifat kualitatif berdasarkan pada persepsi,
pengalaman, intuisi sehigga dirasakan dan diamati, namun kelengkapan data
numerik tidak menunjang untuk memodelkan secara kuantitatif.
Kelemahan
- Ketergantungan model AHP pada
input utamanya.
Input utama
ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan
subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli
tersebut memberikan penilaian yang keliru.
Metode AHP
ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik
sehingga
tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk
Tahapan Dalam Metode AHP
Langkah-langkah AHP
Langkah –
langkah dan proses Analisis Hierarki Proses (AHP) adalah sebagai berikut
1.
Memdefinisikan permasalahan dan penentuan tujuan. Jika AHP digunakan untuk
memilih alternatif atau menyusun prioriras alternatif, pada tahap ini dilakukan
pengembangan alternatif.
2.
Menyusun masalah kedalam hierarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat
ditinjau dari sisi yang detail dan terukur.
3.
Penyusunan prioritas untuk tiap elemen masalah pada hierarki. Proses ini
menghasilkan bobot atau kontribusi elemen terhadap pencapaian tujuan sehingga
elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan. Prioritas
dihasilkan dari suatu matriks perbandinagan berpasangan antara seluruh elemen
pada tingkat hierarki yang sama.
4.
Melakukan pengujian konsitensi terhadap perbandingan antar elemen yang
didapatan pada tiap tingkat hierarki.
Sedangkan
langkah-langkah “pairwise comparison” AHP adalah
1.
Pengambilan data dari obyek yang diteliti.
2.
Menghitung data dari bobot perbandingan berpasangan responden dengan metode
“pairwise
comparison” AHP berdasar hasil kuisioner.
3.
Menghitung rata-rata rasio konsistensi dari masing-masing responden.
4.
Pengolahan dengan metode “pairwise comparison” AHP.
5.
Setelah dilakukan pengolahan tersebut, maka dapat disimpulkan adanya konsitensi
dengan tidak, bila data tidak konsisten maka diulangi lagi dengan
pengambilan data seperti semula, namun bila sebaliknya maka digolongkan data
terbobot yang selanjutnya dapat dicari nilai beta (b).
.
Contoh
Kaskus
Adi berulang
tahun yang ke-17, Kedua orang tuanya janji untuk membelikan sepeda motor sesuai
yang di inginkan Adi. Adi memiliki pilihan yaitu motor Ninja, Tiger dan Vixsion
. Adi memiliki criteria dalam pemilihan sepeda motor yang nantinya akan dia
beli yaitu : sepeda motornya memiliki desain yang bagus, berkualitas serta irit
dalam bahan bakar.
Penyelesaian
- 1.
Tahap pertama
Menentukan
botot dari masing – masig kriteria.
Desain
lebih penting 2 kali dari pada Irit
|
Desain
lebih penting 3 kali dari pada Kualitas
|
Irit lebih
penting 1.5 kali dari pada kualitas
|
Pair
Comparation Matrix
Kriteria
|
Desain
|
Irit
|
Kualitas
|
Priority
Vector
|
Desain
|
1
|
2
|
3
|
0,5455
|
Irit
|
0,5
|
1
|
1,5
|
0,2727
|
Kualitas
|
0,333
|
0,667
|
1
|
0,1818
|
Jumlah
|
1,833
|
3,667
|
5,5
|
1,0000
|
Pricipal
Eigen Value (lmax)
|
|
3,00
|
Consistency
Index (CI)
|
|
0
|
Consistency
Ratio (CR)
|
|
0,0%
|
Dari gambar
diatas, Prioity Vector (kolom paling kanan) menunjukan bobot dari masing-masing
kriteria, jadi dalam hal ini Desain merupakan bobot tertinggi/terpenting
menurut Adi, disusul Irit dan yang terakhir adalah Kualitas.
Cara membuat
table seperti di atas
- Untuk perbandingan antara
masing – masing kriteria berasal dari bobot yang telah di berikan ADI
pertama kali.
- Sedangkan untuk Baris jumlah,
merupakan hasil penjumalahan vertikal dari masing – masing kriteria.
- Untuk Priority Vector di
dapat dari hasil penjumlahan dari semua sel disebelah Kirinya (pada
baris yang sama) setelah terlebih dahulu dibagi dengan Jumlah
yang ada dibawahnya, kemudian hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan
angka 3.
- Untuk mencari Principal Eigen
Value (lmax)
Rumusnya
adalah menjumlahkan hasil perkalian antara sel pada baris jumlah
dan sel pada kolom Priority Vector
- Menghitung Consistency Index
(CI) dengan rumus
CI =
(lmax-n)/(n-1)
- Sedangkan untuk menghitung
nilai CR
- Menggunakan rumuas CR = CI/RI ,
nilai RI didapat dari
n
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
RI
|
0
|
0
|
5,8
|
0,9
|
1,12
|
1,24
|
1,32
|
1,41
|
1,45
|
1,49
|
Jadi untuk
n=3, RI=0.58.
Jika hasil perhitungan CR lebih kecil atau sama dengan 10% ,
ketidak konsistenan masih bisa diterima, sebaliknya jika lebih besar dari 10%,
tidak bisa diterima.
- 2.
Tahap Kedua
Kebetulan
teman ADI memiliki teman yang memiliki motor yang sesuai dengan pilihan ADI.
Setelah Adi mencoba motor temannya tersebut adi memberikan penilaian ( disebut
sebagai pair-wire comparation)
Desain
lebih penting 2 kali dari pada Irit
|
Desain
lebih penting 3 kali dari pada Kualitas
|
Irit lebih
penting 1.5 kali dari pada kualitas
|
Ninja
4 kali desainnya lebih baik daripada tiger
|
Ninja
3 kali desainnya lebih baik dari pada vixsion
|
tiger 1/2
kali desainnya lebih baik dari pada Vixsion
|
Ninja 1/3
kali lebih irit daripada tiger
|
Ninja 1/4
kali lebih irit dari pada vixsion
|
tiger 1/2
kali lebih irit dari pada Vixsion
|
Berdasarkan
penilaian tersebut maka dapat di buat table (disebut Pair-wire comparation
matrix)
Desain
|
Ninja
|
Tiger
|
Vixsion
|
Priority
Vector
|
Ninja
|
1
|
4
|
3
|
0,6233
|
Tiger
|
0,25
|
1
|
0,5
|
0,1373
|
Vixsion
|
0,333
|
2
|
1
|
0,2394
|
Jumlah
|
1,583
|
7
|
4,5
|
1,0000
|
Pricipal
Eigen Value (lmax)
|
|
3,025
|
Consistency
Index (CI)
|
|
|
0,01
|
Consistency
Ratio (CR)
|
|
|
2,2%
|
Irit
|
Ninja
|
Tiger
|
Vixsion
|
Priority
Vector
|
Ninja
|
1
|
0,333
|
0,25
|
0,1226
|
Tiger
|
3
|
1
|
0,5
|
0,3202
|
Vixsion
|
4
|
2
|
1
|
0,5572
|
Jumlah
|
8
|
3,333
|
1,75
|
1,0000
|
Pricipal
Eigen Value (lmax)
|
|
3,023
|
Consistency
Index (CI)
|
|
|
0,01
|
Consistency
Ratio (CR)
|
|
|
2,0%
|
Irit
|
Ninja
|
Tiger
|
Vixsion
|
Priority
Vector
|
Ninja
|
1,00
|
0,010
|
0,10
|
0,0090
|
Tiger
|
100,00
|
1,00
|
10,0
|
0,9009
|
Vixsion
|
10,00
|
0,100
|
1,0
|
0,0901
|
Jumlah
|
111,00
|
1,11
|
11,10
|
1,0000
|
Pricipal
Eigen Value (lmax)
|
|
3
|
Consistency
Index (CI)
|
|
|
0
|
Consistency
Ratio (CR)
|
|
|
0,0%
|
- 3.
Tahap ketiga
Setelah
mendapatkan bobot untuk ketiga kriteria dan skor untuk masing-masing kriteria
bagi ketiga motor pilihannya, maka langkah terakhir adalah menghitung total
skor untuk ketiga motor tersebut. Untuk itu ADI akan merangkum semua
hasil penilaiannya tersebut dalam bentuk tabel yang disebut Overall
composite weight, seperti berikut.
Overall
composit weight
|
weight
|
Ninja
|
Tiger
|
Vixsion
|
Desain
|
0,5455
|
0,6233
|
0,1373
|
0,2394
|
Irit
|
0,2727
|
0,1226
|
0,3202
|
0,5572
|
Kualitas
|
0,1818
|
0,0090
|
0,9009
|
0,0901
|
Composit
Weight
|
|
0,3751
|
0,3260
|
0,2989
|
Cara membuat
Overall Composit weight adalah
- Kolom Weight diambil
dari kolom Priority Vektor dalam matrix Kriteria.
- Ketiga kolom lainnya (Ninja,
Tiger dan Vixsion) diambil dari kolom Priority Vector ketiga matrix
Desain, Irit dan Kualitas.
- Baris Composite Weight
diperoleh dari jumlah hasil perkalian sel diatasnya dengan weight.
Berdasarkan
table di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa yang memiliki skor paling
tinggi adalah Ninja yaitu 0,3751 , sedangkan disusul tiger dengan skor 0,3260
dan yang terakhir adalah Vixsion dengan skor 0,2989. Akhirnya Adi akan membeli
motor Ninja
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
- Metode ini mampu untuk
menghasilkan suatu keputusan yang tepat.
- Dengan memakai metode ini, kesalahan-kesalahan
yang dilakukan ketika pengambilan keputusan seperti kesalahan dalam
memilih dapat berkurang.
Daftar
Pustaka
Sumber : http://fransjoviandi.wordpress.com/2012/10/24/sistem-informasi-perusahaan/